Kamis, 22 November 2012

LAGU UNTUK GAZA




WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight



KAMI TIDAK AKAN MENYERAH (Lagu untuk Gaza)
(Disusun oleh Michael Heart)


Sebuah cahaya menyilaukan putih
Menerangi langit di atas Gaza malam ini
Orang-orang berlarian mencari perlindungan
Tidak tahu apakah mereka hidup atau mati
Mereka datang dengan tank dan pesawat mereka
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tidak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini
Perempuan dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara yang disebut pemimpin negara jauh
Berdebat tentang siapa yang salah atau benar
Tapi kata-kata tak berdaya mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom pun berjatuhan seperti hujan asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini
# Tak sadar berurai air mata melihat penderitaan mereka, melihat wajah wajah mereka yang ketakutan.
Melihat tangisan tangisan kehilangan. Hanya Doa yang bisa ku persembahkan untukmu saudara saudaraku yang ada di PALESTINA


Senin, 19 November 2012

DIAM ATAU BERBICARA


BERBICARALAH DENGAN BAIK

Pada kehidupan sehari sehari, mulai dari sekolah dasar sampai saat ini, mungkin tidak  asing lagi bagi kita pribahasa  ini, yakni Mulutmu Harimaumu dan Mulutmu ibarat pedang. Mulutmu adalah harimaumu, yang artinya, kita harus menjaga dan mengatur kata kata yang harus diucapkan oleh mulut kita, sebisa mungkin agar tidak menyinggung perasaan orang lain, menyinggung sara dan sebagainya. Apabila tutur kata yang terucap dari mulut kita tidak dijaga dan dipikirkan terlebih dahulu, bisa jadi kata kata tersebut akan menyerang kita kembali sebagaimana harimau yang sangat buas.

Pribahasa  ini mengajarkan kita  untuk selalu hati-hati dalam berkata-kata. Kata-kata yang kita keluarkan dari mulut kita bisa jadi memiliki arti yang berbeda bagi orang lain. Apalagi secara eksplisit kata-kata itu mengandung unsur penghinaan, pengejekan dan lain lain.

Menjaga mulut memang bukan perkara yang gampang, tetapi hal ini harus kita lakukan, karena apa yang terucap oleh mulut kita maka itulah yang menjadi gambaran dari diri kita.

Berikut Daftar Orang Orang Yang Dikutuk Karena Ucapannya

1. John Lennon (Penyanyi)



Saat interview dengan American magazine,ia berkata,"Agama akan berakhir dan hilang. Saya tidak perlu menjelaskannya. Tuhan sih OK, namun pengajaranNya terlalu sederhana. Hari ini kami jauh lebih tenar dariNya." (1966). Setelah mengatakan itu, John tewas ditembak penggemarnya.



2. Tancredo Neves (Presiden Brazil)


Selagi kampanye, ia berkata bila mendapat 500.000 suara dari anggota partainya, maka tidak ada yg dapat mendepaknya dari posisi presiden, BAHKAN TUHAN SENDIRI. Akhirnya, ia mendapat lebih dari 500.000 suara, tapi SEHARI sebelum peresmian jabatannya, ia sakit dan mati.

3. Cazuza (Artis Brazil)


Dalam penampilannya di Rio de Janeiro, sambil menghisap cerutu, ia mengebulkan asapnya ke udara sambil berkata,"Tuhan, ini untukMu." Pada umur 32, ia meninggal karena kanker paru2 dalam kondisi yg mengerikan.

4. Marilyn Monroe (Artis USA)


Dikunjungi Billy Graham setelah memimpin sebuah KKR, yang mengatakan bahwa Roh Allah mengirimnya untuk menyampaikan sesuatu. Setelah mendengarkan apa yg disampaikan Billy Graham, ia berkata,"Maaf, aku tidak memerlukan Tuhan mu." Seminggu kemudian marilyn ditemukan tewas di apartemennya.

5. Bon Scott (Ex vokalis AC/DC)


Dalam salah satu lagu di albumnya (1979), ia mengatakan "Jangan hentikan aku. Aku sedang asyik berjalan ke neraka." Pd 19 Februari 1980, Bon ditemukan tewas krn TERSEDAK oleh mUNTAHNYA sendiri



6. Campinas (2005)


Sekelompok anak muda yg mabuk menjemput seorang gadis, teman mereka, yg ditemani ibunya hingga masuk ke mobil. Karena sangat kuatir, sang ibu berkata,"Tuhan besertamu, putriku." Putrinya menjawab,"BOLEH SAJA ASALKAN IA DUDUK DI BAGASI, karena disini sudah penuh!" Beberapa jam kemudian dikabarkan mobil tersebut mengalami kecelakaan fatal. Rusak parah dan bentuknya tak dapat dikenali lagi. Anehnya, BAGASINYA TETAP UTUH, bahkan ternyata sekotak telur didalamnya tak ada SATUPUN YANG PECAH !

*Perkara yang paling banyak mengantarkan manusia masuk ke Neraka adalah Mulut dan Kemaluan * (HR Tarmidzi)
* Barang siapa beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir maka berkatalah yang baik atau diam* (HR. Bukhori Muslim).

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/50a33857e574b4ef3700010c/ngeri-inilah-6-orang-yang-di-kutuk-karena-ucapannya-gan/

Jumat, 09 November 2012

MARI BERTAUBAT


UNTUK KITA RENUNGKAN
Ebiet G Ade

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat..
Singkirkan debu yang masih melekat..
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya..
Adalah Dia di atas segalanya..

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista…

Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya runduk sujud padaNya

Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum…
Berubahlah agar Dia tersenyum


Terimakasih sebesar besarnya Buat Ebiet yang telah menciptakan lagu ini, bait demi bait mengandung makna yang sungguh luar biasa untuk dipahami. Menyadarkan didi ini akan dosa dosa yang  ada, kesombongan dan keangkuhan yang tak disadari telah terjadi. Ampuni aku ya Rabb. 

Sabtu, 03 November 2012

Senyummu Bahagiaku


Senyummu Bahagiaku
 By Medi

IBU
Engkau wanita terhebat di dunia ini
Wanita tertangguh yang tak pernah kutemui tandingannya kemanapun aku pergi
Kesabaranmu Luar Biasa
Kasih sayangmu tiada tara

IBU
Anakmu terngiang lagi pada masa itu
Engkau dan  Ayah begitu tertatih tatih
Membesarkan dan menutupi biaya pendidikan kami
Yang Terkadang hampir tak sanggup.

IBU
Anakmu teringat lagi kata katamu masa itu
Nak………..
Bertahanlah dalam penderitaan sesaat
Agar terhindar dari menderita seumur hidup

IBU
Kini engkau sudah beranjak tua
Keriput sudah kulit wajahmu
Sisa dari perjuanganmu yang sangat berat

IBU
Tak terasa  ketiga anakmu sudah dewasa
Bisa mandiri karena didikanmu
Bisa Memperoleh pendidikan yang layak itu karenamu


IBU
Doaku di setiap Shalatku
Semoga umur yang panjang di anugerahkan kepadamu.
Melihat anak anakmu meraih kesuksesan
Menjalani masa tua bahagai bersama Ayah
Menikmati rizki dari anak anakmu
Bermain bersama dengan cucu cucumu




Untukmu ibuku tersayang tersenyumlah, aku sangat bangga memilikimu.
Love u Omak Ku
Mmmmuach.



Jumat, 02 November 2012

MAKNA HUJAN WAKTU ITU




Gelarku Mende, tllu mo kami sibltek, pertua nami mertani mo krejona gnnep ari, isi nai mo glluh nami. Pas sada Tikki nggo mo kami sikkola SD telluna, ni kamien nggo kssa balik skkola kennah mijuma ngo nina Inang. Nggo kssa mersora lonceng mulak sikkola, menter merlojang mo kami telluna balik misapo, mergancih gdda sikkola mi gdda ari ari,siap mrgancih gdda ni pepulungi mo piring kotor krn lako isinggahken mo nan I lae, bon mulak kssa I juma nai mo icucci piring ndai sekalian mo mridi cibon.

Nggo kssa mo sidung kepepulung ngi silako mbahen, laus mo kami protor  rotor mijuma dkket dedahenku si dua kalak ndai. Kumerna nggo mlehe kalohon , menter ndor ndor mo kami mrdalan en, asa ndor soh ijuma ndor giam mangan togoh dikate. Nggo kssa soh mijuma, mangan togoh mo ke nina inang nami mo. Nggo mo tasak gadong ndibelgang  Lot mo cina randat I giling bas sarim,  I babo ulu koden lot mamo ikan tinutung tellu kabuah, iruahi kami mo gadong en I koden nai dkket dedahenku.
Sipata gadong ndibelgang mo togoh nami, sipata sukat ndibelgang  sipata galuh sijohor ndibelgang, isa masai nggo kssa sikali sikali mertogoh nakan menter toko mo diri lolonai bage haraya mo niakap.

Ni nggo kssa sidung mangan togoh, ndong ma mo le skjjab, ndrrang ndong I, kirana mo inang nami, menum kin ke mbue mbue asa menggogo kita mi lembeng I, ke buatke  buat pangkur I tongkarang nai nina mo mendahi kami sidua, aku dkket dedahen ku si nomor dua, mla si nomor tellu ia nda pla nina mrpangkur, ia kipepulungi nggala sambin nina mo, kerna  menaktak nggala ngo kamien. Ko Slloh salini tes I mi tengko I sa I nan mbahen mu melembeng I nina inang en mo mendahi dedahen nami siketeken ndai.

Roh keda bagi mo dok inang en, menter jolo mo isaran pangkurna milembeng lembeng juma ndai, mengekut ma mo kami tlluna I podi podi  na nai hanjar hanjar kerna toko ngo niakap malasna krejo ndai,  menembah niakap ningin mo le. Ni inang namien nggo mo narih bllang ma biling bkkasna, kami maden soh mi lembeng lako gogon ndai.  I tatap mo kami iyah dkkah ni ke merdalani, lako ngette ngo pana ke ti nina mo. Menter I pedor kami  ma mo mrdalan en, mbiar tong knna loppeng. Soh kssa ibas taktaken ndai menter ni taktaki ma mo hanjar hajar, inang nami ndai nggo sip sip, kami pe sip sip ma mo krna ndkkah ndkakhen ngo kami mrdalan nggo mlaga nola inang en ndai. Ni Dedahen nami sikedeken ndai, dak sisoate na mo kipepulungi nggala ndai sipata cilendung ia I trruh batang galuh, sipata kisampetti rembur ia, rasana iakap Slloh adenang bagi mo bas ukur diri, kerna siketekin I tong ia, jarang ma ngo knna lagan apalagi nola mo knna ltte.

Kira kira nggo mo sidung sengkenulak I taktak kami, nggo narih ljja iakap kami, mradi kami sgjjab da nang bagi mo dok nami mendahi inang en,hhhmmm, mradi mradi tapi sgjjab da nina mo. Inang nami ndai I ulaki ma balik biling bkkas ndai, kami en laus idahi kami mo dedahen nami sikedeken ndai kitengen ia kesampetti Rembur en. Itengen inang nami ndai mo kami, merkade nola ngo keni kaltu, urupi ke mo giam aku sgjjap nai mema mema mulak ke mirumah nina, kerna biasana jolo ngo tong kami mulak mirumah lako mrdakan cibon, menucci kepbersihi sapo dkket menapu kasean.
Lojang ma mo kami balik isaran kami pangkur nami,  iurupi kami ma mo biling bkkas ni embah inang nami ndai. Ni  iden kami mnggogo sgjjab  menter kutatap mo nggo mrbenna udan I biling delleng, Dage rasani ndor mo nimu roh udan adenang kateku mo, nda giam menggogo ne bagimo bas ukurku. Asa ulang tandasu lolo diri roh udan ndai, iyah merkade nola pe ning roh udan en ningin mo nggang nggang ni dokken, padahal situhuna bas ukur diri toko ngo lolona. Ndor ndor mo  gogoike bagi mo dok inang nami ndai.

Pema sgjjab mulai mo roh udan en misik misik, mak roh  udan mak bagimo dok nami, I mo kan ndai nai ndor ndor gogoike bagi ningin so lot isarihken ke bagi mo dok inang en. Ke lolo ngo ke roh udan en bagi mo nina. Sip mo kamien. Lake ndor misapo sapoi nina mo. Lojang mo kami en telluna. Inang nami ndai tong ma mo I terusken menggogo ndai sampe mrlemmeh lemmeh gddana. Nggo kssa menter durede kalon udan ndai lojang ma mo ia misapo, cidudu mo kami I kttaring empat kalakna mema lggo udan ndai.

Kira kira sada jam mradi mo udan en, ni nggo ma mo narih bon ari, menter nina inang namien mo, lake mo lukuti ke mbahen I, jolo mo ke mulak nina, ko Mende buati kin rorohen, ku  buati  mo tuyung I gembar sapo sapo inai, dkket cina ma cituk. Jolo mo kami dkkt dedahen ku ndai, lolo kalon mo niakap, siap mrdakan nan boi giam kabaren mrsitekka sitekka dikate mo bas ukur diri i. Inang nami ndai balik ma mo iulaki taktakenna ndai mema mema bon kalon ari, handok mla inang namien rogi kalon mo iakap ari ari na roh kssa udan.

Ni Gendari Nggo mo blgah kami telluna, nggo ma mo kami dapet pencarin kedek kedek  I Perusahaan ni deba. Roh kssa bagi udan menter bage si stress niakap, gdda nda krrah, ning misadonag kin dikate payah nai ngo dikate. Handok ulang mo nemmu roh udah en dikate. Ni diri sambin krejo I bages ruangan, si oda trasa diri udan bak nggara ari stress  diri  roh kssa udan apalagi nola mo  kppe inangku kateku nola dahke.

Sekelumit cerita yang membuat aku menangis dan tersenyum saat membacanya.


Rabu, 04 April 2012

Kisah Penyesalan Istri Durhaka Dan Manja

 #Kisah ini tidak wajib di baca oleh wanita yang masih merasa benar dan merasa orang yang paling penting paling terhormat paling yes di mata teman dekatnya,orang sekitarnya seperti orang tua,mertua,anak dan tetangga, tapi kisah ini sangat di sarankan bahkan wajib di baca bagi mereka yang merasa paling bertanggung jawab atas keselamatan moral dan masa depan kaum wanita di dunia dan akherat. selamat membaca. #SEMOGA ISTRI2 KITA MEMBACA DAN SEGERA BERUBAH. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.Istriku Liliana tersayang,Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang. Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
 By_Oktovianus Stefan Apriliano
(Tanpa disadari airmata menetes saat membaca tulisan ini, semoga bermanfaat bagi seluruh wanita didunia ini).

Sampuren Lae Une (Air Terjun Lae Une)


Selasa, 03 April 2012

Ayah dan Ibu

Sedih rasanya hati ini,ketika anakmu yang kini sudah dewasa hanya bisa menjadi pendengar segala keluh kesahmu tentang hidup ini. Ingin rasanya menanggung beban itu semuanya.Tapi aku belum sanggup. Yang bisa aku persembahkan saat ini hanyalah kata kata penyemangat, doa kesehatan untukmu dan selalu bersedia mendengarkan keluh kesah kalian. Aku akan berusaha menjadi orang yang lebih berhasil dari saat ini, agar aku dapat membantu kalian sepenuhnya.